Senin, 22 November 2010

Ajarkan Aku

Tuhan ajarkan hambamu untuk menerima
Menerima sebuah kenyataan bahwa
Ku tak akan memiliki apa yang aku mau kali ini

Menerima dengan lapang dada
Bahwa apa yang ku inginkan saat ini tak akan pernah menjadi kenyataan

Tuhan ajarkan aku menjadi manusia yang ikhlas
Mungkin ini garis hidupku
Garis hidup yang sudah digariskan tak sesuai dengan apa yang aku mau

Tuhan sanggupkah aku menjalani ini semua
Aku ingin menjadi manusia seutuhnya
Walau pada kenyataan ini jalanku tak seindah yang ku mau

R.W

Senin, 15 November 2010

Titik Balik Kehidupan

Ini adalah sebuah cerita sore hari antara aku dan teman ku
Ini adalah sebuah kisah tolak balik bahkan awal mula engkau benar2 mengerti akan arti sebuah kehidupan yang indah

Pelajaran dari seorang teman & pelajaran tentang mencari sebuah makna kehidupan bagi diriku

....Aku mulai dengan sebuah cerita dari temanku
ketika krisis moneter menggelayut bangsa ini, banyak perusahan yang harus gulung tikar dan bahkan PHK terjadi dimana-mana

Ayahnya.....ya ayahnya adalah tumpuan hidup bagi keluarganya
tetapi ayahnya harus terkena PHK, karena PHK keadaan keluarganya semakin sulit
temanku harus berjuang mencari uang untuk menyelesaikan kuliah D1 nya

Ia bekerja untuk membiayai kulia...hanya untuk membiayai kuliahnya saja
sampai dapa akhirnya ia dapat menyelesaikan kuliahnya hingga jenjang S1
bahkan perjuangan yang gigih dan pantang menyerah yang ia tunjukan kepadaku untuk tidak menyerah kepada keadaan...dan jangan pernah kalah pada keadaan

Ketika titik balik yang tuhan berikan kepadaku
Sebuah sentilan kecil yang bagiku dunia akan runtuh bahkan terkesan tidak adil

Seharusnya aku bersyukur diberikan cobaan ini
Membuatku menjadi seorang manusia yang tegar & Ikhlas terhadap suatu masalah... TUHAN Masih sayang AKU

Ini semula berawal dari sebuah cobaan
dimana kami sekeluarga harus keluar dari sebuah rumah kontrakan yang sudah lama kami tinggalin (ada masalah yang tidak bisa aku ceritakan disini karna akan membuka aib orang lain)
kami tak tahu harus kemana, pulang ke kampung halaman kami?
tapi ayahku mencari nafkah disini

Uang kami tidak cukup untuk membeli sebidang tanah & membangunnya menjadi tempat tinggal kami
uang tabungan kami kami kumpulkan menjadi satu tapi tetap saja tidak cukup untuk membangun rumah yang mungil yang aku tinggalin sekarang ini

Sampai pada akhirnya kami meminjam uang dari bank untuk membangunnya
Akhirny kami dapat membangunnya... ini baru awal mula tuhan memberi sebuah cobaan
Hidup berlangsung dengan uang yang cukup minim

Semakin lama setelah rumah kami berdiri
keadaan keuangan keluargaku semakin tidak menentu
sungguh keuangan kami masuk katagori sulit

Aku mengeluh, Sungguh aku protes
Hidupku yang biasa serba terpenuhi
Sekarang aku harus prihatin
Biasanya aku meminta apapun ayahku akan menyediakannya
Sekarang ia akan bilang mungkin nanti aku baru bisa membelikan kamu ya

Setiap malam aku selalu bertanya mengapa?
Tanpa aku tak mau tahu apa yang sedang dirasakan ayah dan ibuku

Setahun berlalu tetapi keadaan tak membaik
Aku memutuskan untuk mencari pekerjaan disaat kuliah
"mencari uang saat itu yang terlintas hanyalah bagaimana aku bisa memenuhi kebutuhan tanpa tertinggal oleh teman-temanku"

Maklum saat itu aku belum berpikir dewasa
Yang ada dipikiranku aku harus memiliki barang-barang yang sama dengan mereka

Akhirnya aku dapat pekerjaan itu dan aku mesih ingat gaji pertama yang aku terima sebesar Rp. 300.000 (Bulan) senang bukan main

Awalnya aku memberikan separuh gajiku pada ibuku walau yang separuh lagi aku buat membeli barang-barang yang tidak penting

Semakin lama aku semakin berpikir
Aku bukan seorang anak kecil lagi aku sudah dewasa
hasil mengajar dikampus aku sisihkan untuk keperluan kuliahku

Aku banyak mendapat jam tambahan
disaat-saat tidak kuliah pendapatanku juga bertambah
aku sungguh bersyukur
Sekarang aku tak pernah meminta atau menadahkan tanganku lagi kepada kedua orang tuaku

Keadaan keuangan tetap tidak berubah
Akhirnya kami membuka warung yang kecil
Semata-mata untuk menyambung hidup keluarga kami

Ditahun Ke-3 kami diberi cobaan....
ya sebuah cobaan ayah tercinta kami harus masuk rumah sakit
Yang harus membuat ia mengambil keputusan untuk berhenti bekerja
Keputusan ini tak mudah baginya
Karna aku harus masih mengerjakan tugas akhir kuliah

Tetapi dengan pertimbangan ia harus mengambilnya
Ini Cobaan selanjutnya keluarga kami
ia cobaan bahwa ia tak bekerja lagi dan harus kehilangan 1 kakinya
Pukulan yang sangat keras aku rasakan saat itu

Tapi aku berusaha tegar agar ia tak depresi melihat keterpurukan aku dan ibuku
Terlebih ia sudah tak memiliki rutinitas untuk bekerja

Disini sebuah titik akan sebuah keyakinan aku pertanyakan
Ya....aku bertanya kepada tuhan mengapa ia menberikan cobaan sebesar ini kepada keluarga ku
Kenapa ini tak adil....ia mengambil semua dariku

Setiap hari tak henti air mata ini mengalir
Tak henti juga doa kami panjatkan dirumah yang kecil ini
Hingga pada akhirnya aku lelah...cukup lelah meminta & menangis kepadamu

Bahkan ada disaat aku tak mengakui keberadaanmu TUHAN...bahkan dalam hati ini bertanya apakah kamu benar-benar ada
Aku bahkan tak pernah menjumpaimu dalam sholat 5 waktu
Bahkan dihatiku tak ada kamu
Krisis iman aku rasakan saat itu

Hingga suatu hari sentilan itu datang dari seorang ayah yang aku cintai
Ia Berkata aku ikhlas dengan keadaanku sekarang
Aku bahagia bisa berkumpul dengan keluarga ku walau harus kehilangan apa yang kita miliki
dan Aku terima semua yang tuhan berikan kepadaku

Aku menangis tersedu dikamarku
Cobaan ini terlalu berat untuknya terutama tanggapan orang lain tentang keadaannya...tapi ia tak pernah melepaskan TUHAN dari hatinya
Betapa ia ikhlas menerima semua walau TUHAN sedang mengambil 1 kaki & pekerjaannya yang menjadi tumpuan hidupnya

Betapa berdosanya aku mempertanyakan keberadaannya
TUHAN sungguh aku memohon maaf...aku sudah mempertanyakan keberadaanmu
Meninggalkan apa yang kau perintahkan

Mulai saat ini aku menjadi seorang yang mensyukuri
Apapun yang aku dapat hari ini aku selalu bersyukur
Bersyukur aku masih mampu menghidupi keluargaku (ayah & Ibu)
Bersyukur aku masih bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan
Bersyukur aku di beri pelajaran hidup yang membuat aku tegar
Bersyukur TUHAN masih sayang kepadaku
Bersyukur masih ada teman-teman disampingku yang selalu siap berbagi

Terima kasih TUHAN atas pelajaran yang cukup membekas direlung hati in
Terima kasih TUHAN kau beri warna yang indah dalam hidupku
dan Terima kasih TUHAN aku isa menjadi manusia yang ikhlas dan mensyukuri atas nikmat yang engkau berikan


R.W

Selasa, 09 November 2010

ketika kau ikhlas

Entah….mungkin kata itu cocok untuk melukiskan semuanya


Entah…entah dari mana aku memulainya

Serta entah dari mana aku mengakhirinya



Perasaan untuk memulainya cukup membuat banyak pelajaran yang dapat diambil

Dapat membuat ku yakin untuk melangkah lebih kedepan tanpa harus memandang kebelakang lagi

Setiap hari detik demi detik berani ku menatapnya dengan penuh harap apa yang akan terjadi hari ini



Hari demi hari berani kutatap….tetapi ada perasaan yang tak menentu

Tak menentu hari demi hari

Apakah aku masih sanggup untuk aku jalani….hari demi hari mampu ku tata dan hari demi hari masih dapatkah ku susun dengan indah



Di pengujung perjalananku ketakutan akan kehilangan yang besar membuatku terjatuh.

Terjatuh hingga aku tak mampu untuk berdiri di atas kedua kakiku ini

Kemana sumber tenaga itu…Tuhan aku benar-benar kehilangannya….Tuhan kuatkan aku….Tuhan jangan buat aku menangis



Belajar berdiri walau tertatih…sekuat tenaga berusaha aku yakin bias

Tetapi akan banyak cacian yang mungkin aku terima apabila aku tak bisa atau tak mampu untuk berdiri di atas kakiku



Ketika rasa kehilangan semakin besar, ketika ketakutan terus menghantuiku

Ku beranikan segenap ragaku untuk mengambil secercah cahaya dihadapanku

Walau pada akhirnya harus kehilangan semuanya

Walau pada akhirnya tak bias merasakan lagi bahagia

Hanya 1 yang tuhan ajarkan pada ku untuk ikhlas menerima semuanya

Dan berusaha tanpa berpangku tangan dengan orang lain

Berusaha menjadi manusia yang tegar dan ikhlas

Belajar tersenyum dengan dan tanpa air mata

Belajar tersenyum tanpa kepalsuan

R.W